Self Improvement

Waktu

Pendekar yang tidak pernah berhenti

katakurik
2 min readSep 10, 2022
photo by: The Guardian

Tidak baru kita mengenal kata ini, tetapi terlalu lama untuk menyadarinya. Salah satu hal esensial dalam hidup, namun seperti luput dari bahasan kita sehari-hari. Rasanya, teralu banyak hal lain yang perlu dikerjakan, dirembukkan, dan didiskusikan dengan secangkir kopi hangat dan rokok ketimbang membahas hal ini.

Apa yang saya pahami tentangnya cukup mengerikan, ketimbang menyenangkan. Acapkali saya menghindari topik pembicaraan tentang ‘waktu’ bukan karena tidak se-menyenangkan bergibah, ngomongin teman di belakang, berwajah ganda, dan hal memuakkan lainnya. Tetapi lebih kepada anggapan saya bahwa hal ini terlalu esensial dan filosofis untuk di bawa ke tongkrongan.

Waktunya bekerja, waktunya belajar, waktunya bersantai, waktunya bermain media sosial, waktunya tidur, waktunya makan, waktunya sholat, waktunya rapat, waktunya olahraga, waktunya mandi. Semua berkaitan dengannya, tetapi yang memiliki tendensi untuk dibahas adalah predikatnya.

Hal apa yang di dunia ini yang tidak terikat dengannya? Hampir nihil. Berapa banyak di dunia ini yang menyadari keberadaannya? Hampir nihil. Saya berandai bahwa, jika seseorang sudah bersahabat dan menyadari tentangnya, maka hidupnya akan jauh lebih tenang. Jika ditelaah lebih dalam, hal yang membuat kita letih selama ini pada hakikatnya bukan terletak pada prosesnya. Melainkan diri kita sendiri.

Proses tidak bergerak. Ia variabel statis yang hanya kita tumpangi untuk mencapai tujuan kita. Jika ia tidak bergerak, maka ia bukan variabel yang membuat kita letih karena segala sesuatu yang meletihkan adalah yang bergerak. Apa yang bergerak? Manusia. Belakangan ini, akhirnya saya menyadari bahwa selama ini saya merasa lelah karena terlalu berlari untuk mewujudkan semua impian saya.

Saya terlalu berlari ketika menikmati momen di meja makan bersama keluarga, saya terlalu berlari ketika belajar, saya terlalu berlari ketika mengerjakan pekerjaan kantor. Saya iri dengan alam semesta. Ia tidak pernah berlari, namun semua tujuannya selalu tercapai. Pernahkah Anda menemukan matahari sudah terbenam pukul 5 sore di Jakarta? Atau pernahkah Anda menemukan detik yang lebih cepat ketimbang detik lainnya? Atau pernahkah Anda menemukan bayi yang langsung berlari?

Tidak. Matahari selalu terbenam pukul 6 di Jakarta, setiap detik adalah konstan, dan tidak ada bayi yang berlari. Alam semesta selalu berjalan, namun dengan kepastian. Kepastian bahwa ia akan selalu mencapai tujuannya apapun yang terjadi. Ia adalah pendekar yang tidak pernah berhenti. Selama ini kita lelah karena bergulat dengan waktu, padahal waktu bukanlah tandingan kita. Ia terlalu tangguh untuk dilawan. Sebaliknya, jadikanlah waktu sebagai prioritas.

The bad news is, time flies. The good news is, you’re the pilot.” — Unknown

Waktu adalah manifestasi Übermensch ala Nietzche. Ia terlalu lambat bagi manusia yang menunggu, terlalu lama bagi manusia yang berduka, terlalu singkat bagi manusia yang bergembira. Semua manusia memiliki waktu, tetapi tidak banyak yang bisa menggunakannya dengan baik. Ia tidak sekadar hanya alat yang menempel di dinding dan tangan, ia lebih dari itu.

--

--

katakurik
katakurik

Written by katakurik

Digital Creative Enthusiast | Bachelor of Philosophy | Digital Marketer

Responses (5)