Self-healing, Politics
“antibiotik terbaik abad-21”
16.57 WIB. Budiran hujan sekeras kristal di tengah muramnya senja. Saya selalu senang dengan komedi. Bukan komedi putar, tetapi komedi yang seperti disampaikan komika-komika ketika mereka melantunkan syair-syair lucu. Betapa menyenangkannya humor itu. Sampai-sampai tidak jarang saya tertawa melihat absurdnya hidup saya. Menginginkan Linda yang datang Mipta. Mendoakan materi yang mampir ikan teri. Banyak lah…
Tidak hanya absurdnya hidup, bahkan bagi saya sebetulnya negara ini memiliki banyak sekali humor-humor implisitnya. Hanya saja mungkin lensa yang kita gunakan terlalu minus atau plus sehingga yang tampak seolah fatamorgana.
Tahun berapa ini, oh 2022. Tak terasa 2024 sebentar lagi. Tak sabar saya menunggu guyonan dan lawakan apa yang akan terjadi di panggung politik kelak. Atmosfernya mulai terasa ditandai dengan terpampangnya wajah tampan nan rupawan di baliho-baliho jalan raya. Para penguasa mungkin sudah melakukan kuda ke F3, memimpikan skak mat dan berjabat tangan sambil mengatakan “saya akan membuat negeri ini menjadi lebih baik.” Ooh saya rindu humornya.
Apa memang senikmat itu, menjadi pemimpin di negeri humoris ini? Tidakkah pusing memimpin negara dengan mayoritas penganut agama Mobile Legends terbesar di dunia? Menjadi pemimpin bagi masyarakat yang masih meributkan agama mana yang paling suci? Menjadi pemimpin di negara yang masih mengurusi pesta bikini? Semangat dah, semoga return-nya gede (atau emang gede?) -Cie kenyang wkwk.
Akan banyak Nabi baru pada 2024 nanti. Mereka akan melantunkan syair-syair religius nan nasionalis di atas panggung dengan katarsis yang klimaks. Mereka bicara seolah Da Vinci yang akan membawa renaissance ke tanah Ibu Pertiwi. Lucu sekali.
Tertawakan saja, sebab itu yang membedakan kita dengan makhluk lain. Sapi tidak tertawa. Implementasi ini cukup berguna bagi saya dalam menyikapi betapa anjingnya realita ini.
“Good humor is a tonic for mind and body. It is the best antidote for anxiety and depression. It is a business asset. It attracts and keeps friend. It lightens human burdens. It is the direct route to serenity and contentment.” — Greenville Kleiser
Tertawalah mumpung gratis. Saya memang muak dengan politik negeri ini. Saya muak dengan kemacetan Jakarta. Saya muak dengan tuntutan hidup. Saya muak dengan kebodohan. Saya muak dengan ketidakadilan. Saya muak dengan ekspektasi. Akan tetapi, saya mengubah itu semua menjadi humor. Mungkin itu yang menyebabkan saya tidak sakit sejak 2019. G’day…