Diary, Philosophy

Bagaimana Plato Membantu Saya Mendapatkan Pekerjaan

Memahami suatu konsep membawa kita lebih dekat kepada tujuan.

katakurik
Komunitas Blogger M
3 min readApr 8, 2024

--

2018. kala itu mata kuliah yang sedang berlangsung adalah Sejarah Filsafat Yunani yang diampu oleh salah satu dosen favorit saya, Dr. Albertus Harsawibawa, M.Hum. Beliau membawakan materi salah satu filsuf tersohor abad 4 SM; Plato. Ia merupakan murid dari Socrates sekaligus guru Aristoteles. Salah satu gagasan besarnya yang mungkin tidak asing bagi teman-teman adalah The Allegory of The Cave.

alamy.com

Di penghujung kuliah, Pak Harsa menampilkan 1 slides yang menampilkan quotes dari Plato yang berbunyi

“Reality is created by the mind. We can change our reality by changing our mind.” — Plato

Kendati sulit untuk menemukan pada buku apa Plato mengatakan quotes tersebut, namun beberapa sumber mengatakan bahwa itu mengacu pada makna The Allegory of the cave. Sebagai mahasiswa baru yang ingusan kala itu tentu Saya kesulitan mencerna perkataan Plato. Akan tetapi, semakin Saya mendalami filsafat, Saya paham bagaimana begitu banyak ilmu-ilmu filsafat yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita. Sayangnya, mungkin kebanyakan dari kita memaknai filsafat sebagai “Ilmu Langit” yang tidak tahu cara turun ke bumi.

2020. Pandemi Covid-19 memasuki negeri seribu rempah-rempah, pulau, dan korupsi. Perkuliahan terpaksa dilakukan secara daring. Memanfaatkan situasi, Saya berinisiatif untuk mencari beberapa kesempatan magang dengan tujuan mengisi resume dengan pengalaman bekerja, agar ketika Saya lulus Saya tidak hanya sekadar mengandalkan ijazah dan almamater kuning.

Lebih dari 100 lowongan magang Saya melamar, berbulan-bulan lamanya. Akan tetapi, hingga saat itu, tidak ada satupun panggilan. Sepertinya ada yang keliru. Hingga di penghujung 2020, Saya merubah strategi approach yang Saya lakukan. Dari “ke luar” menuju “ke dalam”. Saya tersadar akan perkataan Plato. Realitas adalah variabel luar, sementara pikiran kita adalah variabel dalam. Saya akan menggapai realitas jika pikiran Saya memiliki konsep yang koheren.

Saya tersadar kala itu bahwa Saya hanya mengemis dengan menyodorkan CV, dan mengandalkan pengalaman berorganisasi. Akhirnya, Saya melakukan riset akan pekerjaan profesional yang “setidaknya” linear dengan filsafat. Saya menemukan bidang kepenulisan sepertinya bukanlah hal yang buruk. Bagaimana saya bisa menunjukkan hasil tulisan-tulisan Saya? Sejak itulah artikel pertama Saya yang membahas Martin Heidegger di Medium terbit. Sejak saat itu juga Saya menemukan hobi baru — menulis.

“Don’t waste your time chasing butterflies. Mend your garden, and the butterflies will come.” — Mario quintana

Awalnya hanya iseng. Saya hanya menceritakan hasil perkuliahan Saya di medium, tanpa memedulikan KBBI, konjungsi, dan kaidah kepenulisan lainnya. Jika saya kilas balik, rasanya Saya ingin tertawa melihat artikel-artikel Saya. Awalnya, tujuan Saya membangun panel di Medium adalah portfolio, agar Saya bisa menunjukkan hasil kerja Saya kepada perusahaan magang yang akan Saya lamar. Namun, sampai saat ini, ternyata konsistensi yang Saya tanam di Medium berbuah lebih dari sekadar membantu Saya mendapatkan pekerjaan.

Ketika kita hanya berpikir bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan dan berpenghasilan tetap, maka jangan heran jika things don’t go your way. Coba tanyakan nilai apa yang Anda berikan kepada sesama? Solusi apa yang Anda tawarkan untuk meringankan suatu permasalahan? Apa kebermanfaatan dari eksistensi Anda? Untuk menjawab tiga konsep pertanyaan tersebut, tentu garis start-nya bukan pada realitas ideal yang kita dambakan, melainkan pikiran kita sendiri.

Give to get → timeless.Jasmin Alić

Yup, terima kasih telah mampir. Saya harap sedikit pengalaman pribadi Saya bermanfaat untuk para pembaca. Selamat siang…

--

--

katakurik
Komunitas Blogger M

Digital Creative Enthusiast | Bachelor of Philosophy | Digital Marketer